12.57 | Posted in
Wajah mungil dan lucu itu berubah sayu, matanya yang biasanya bening dan memancarkan cahaya kegembiraan sekarang mendadak sendu bagai matahari yang tertutup awan tebal. Tanggannya yang biasanya tak berhenti bergerak sekarang tergolek bagaikan dahan patah. Bau ruangan yang tidak mengenakkan karena bercampur dengan bau obat-obatan dan pewangi lantai yang cukup menyengat. Anak kecil itu mengalami ketidaknormalan di bagian tubuhnya yang membuat dia tidak dapat beraktifitas lagi dan harus rela untuk selalu berteman dengan tempat tidur dibanding dengan anak-anak sebayanya.

Bukan, ketidaknormalan itu bukan karena ulahnya, tetapi merupakan "rencana" dari Sang Kuasa, yang tidak dapat dielakkan dan tak dapat ditolak.

Sebagai manusia yang lemah, rasa duka menjalar dalam seluruh hati, pori tubuh melebar melihat kenyataan yang terbias di mata, dan air dari dalam mata tak kuasa terbendung dan meleleh jatuh melewati setiap lekuk pipi tuk kemudian jatuh ke tanah dan hilang tak berbekas.

Anak itu tidak tahu apa yang akan terjadi pada dirinya, dia tidak tahu bahwa sebentar lagi dia akan menghadapi pembantu Sang Khalik yang bertugas untuk berusaha menyelamatkan hidupnya, dia tidak tahu bahwa sebentar lagi tubuh mungilnya akan di dera dengan pisau-pisau kecil yang tajam dan mengkilap dan siap membelah tubuhnya yang mulus dan bersih itu.

Diantara kedukaan sang kecil, ayah bundanya juga mengalami kedukaan yang tak kalah hebatnya, rasa sayang menjadi alasan utama, dimana saat pemikiran bagaimana menyelamatkan jiwa sang kecil, pemikiran lainnya mengharuskan mereka untuk mencari cara bagaimana memberikan sejumlah uang kepada rumah sakit dan dokter yang melakukan pembedahan itu, karena biaya pengobatan itu bagaikan membeli sebuah langit bagi mereka.

Tapi Sang Khalik memutuskan lain, di saat semuanya sedang terkungkung dalam pemikiran-pemikirannya sendiri, ternyata sang bocah tanpa meninggalkan pesan sesuatupun pulang ke rumah Sang Pemberi Hidup. Ya, dia pulang ke rumahnya yang abadi dimana penyakit dan segala kefanaan tak ada disana, dimana kebahagiaan menjadi santapan sehari-hari dan kedamaian selalu memeluk dengan erat.

Selesailah sebuah cerita kehidupan seorang anak manusia yang belum mengenal apa arti dosa yang belum mengerti apa yang baik dan apa yang salah.

Semoga rasa kehilangan itu tak akan lama mengendap di dalam hati pengasuh sementara sang bocah, semoga rasa sedih cepat pupus dan diganti dengan rasa pasrah, dan tawaqal kepada Sang Pemberi Hidup.
Read More…
��

Comments

0 responses to "saat hati bicara"